Bercerita itu untuk mempengaruhi



Ada banyak kepercayaan di luar sana, menjadi pemahaman yang didapatkan dari berbagai informasi. Taruhlah kita percaya bahwa esok akan lebih baik, maka "kebaikan esok" itu tidak perlu dibuktikan sehingga hanya perlu diyakini dan dipercayai saja. Artinya ada banyak hal diluar sana yang tidak perlu dibuktikan tetapi dianggap benar. Hal ini terjadi secara berulang-ulang dalam hitungan kejadian yang cukup signifikan, apalagi sekarang kepercayaan itu didapatkan hanya dari informasi-informasi internet. Setiap orang mempercayai banyak hal dari apa yang mereka baca dari internet, akan tetapi tidak semua yang dibaca menjadi kepercayaan.

Sebagian informasi disampaikan dan membuat orang percaya akan isi informasi tersebut, akan tetapi ada juga sebagian informasi yang disampaikan tidak mempengaruhi pembaca untuk mempercayainya. Hal ini dikarenakan dari sifat atau cara penyampaiannya, dan ada sebagian pencipta pesan yang sudah memahami cara yang paling jitu dalam menyampaikan pesan sehingga bisa dipercayai pembacanya.

Sebuah tulisan bisa mempengaruhi pembacanya, masyarakat dan juga prilaku massa tetapi ada yang masih mempermasalahkan hal ini. Ada sebagian orang yang merasa bahwa tulisan itu tidak bisa mempengaruhi pembacanya, akan tetapi ada juga mereka yang mempercayai sebaliknya dan merasa itu terjadi secara tidak sengaja. Ada sebuah kepercayaan bahwa tulisan itu hanyalah sebuah hiburan, sehingga tidak mungkin dapat mempengaruhi pembacanya terlalu jauh lebih-lebih mempengaruhinya. Hal ini tentu tidak senada dengan sebuah studi yang dilakukan pada oleh disiplin politik luar negeri yang mengatakan bahwa era sekarang itu berpusat pada persuasi informasi. Pada era sekarang, yang mana semua cara melakukan politik itu melalui berbagai cara, salah satunya melalui hiburan. Jepang pasca Perang Dunia Ke-2 melakukan cara mempengaruhi melalui politik yang halus, tanpa paksaan ataupun militer yang dikenal dengan istilah soft-power. Sehingga budaya menjadi alat untuk mempengaruhi tetangganya di Asia Timur dan juga di berbagai belahan bumi lainnya. Anime dan juga Mangga, adalah alat untuk menyebarkan pengaruh Jepang kepada seluruh dunia. Sekarang Korea juga menggunakan cara yang sama melalui Drama Korea yang dikenal dengan Hallyu atau Korean Wave.

Baca juga :

Kedua negara tersebut sebenarnya meniru cara Amerika dengan gaya kapitalistinya melalui franchise atau waralaba restoran McDonalds, dan bahkan menciptakan sebuah teori yang bernama "Golden Arc Theory". Teori itu mengatakan kolonisasi budaya Amerika ditandai dengan adanya restoran McDonald di negara itu, dan terjamin tidak akan saling berselisih diantara negara-negara tersebut. Amerika, Jepang maupun Korea dengan sengaja menggunakan budaya mereka untuk mempengaruhi negara lain melalui media. Namun apa pesan yang tersembunyi pada media media tersebut ? yang jelas apapun itu memberikan isyarat "contoh untuk ditiru". Tidaklah aneh ada kalangan Wibu yaitu pecinta budaya Jepang atau K-Popers sebagai orang yang menggemari media dan konten dari pesan-pesan tersebut.

Apakah cerita horror tentang pembunuhan kemudian membuat pembacanya ingin membunuh ? yang jelas cerita horror mampu membuat penontonnya takut. Ada buku yang memang dicurigai telah menjadi sebuah sumber inspirasi di kalangan anak muda untuk bunuh diri, dan membuat buku itu dilarang beredar di perpustakaan sekolah. Tidak semua pesan yang dituliskan secara sengaja bisa berhasil mempengaruhi pembacanya, tetapi ada unsur niat dalam mempengaruhi pembaca oleh penulis.

Cerita dianggap sebuah cara yang paling efektif untuk menarik perhatian pendengar, dan pada akhirnya selalu ada asumsi bahwa cerita mengandung "pesan moral". Maka munculah sebuah anggapan bahwa apapun media itu adalah mendorong manusia untuk belajar, demikian "film yang mendidik". Menaruh sebuah pesan tersembunyi dalam film mampu membentuk efek hopnotis yaitu memukau penontonnya dan pada saat yang sama menanamkan maksud sehingga membuat penonotonya bertindak sesuai yang terkandungkan dalam pesan tersebut.

Cerita digambarkan sebagai allegory atau lore yang sudah tercampurkan dalam persepsi dan kognisi seseorang, dan itu terdapat pada kesadaran terdalam. Sehingga sekarang, para penulis dianggap "insinyur sosial" dengan alat atau media berupa cerita. Para penulis adalah orang-orang yang bisa merubah tatanan dunia melalui cerita dan juga berbagai kisah dan dongeng dalam menyampaikan kebaikan. Tentu mereka, para penulis haruslah orang-orang yang memahami teknis dan juga ilmu yang mumpuni untuk melakukan ini.

Akan tetapi, siapapun bisa menjadi penulis tanpa harus memandang tingkat pendidikan, umur, ras, ataupun kepercayaan yang mereka pahami mengenai dunia ini. Cerita "berdenyut" dengan drama yang meresonansi dengan "nafas" dan mendorong "detak jantung" penonton mengikuti alam penceritaan tersebut, inilah yang menjadi pesan cerita menyatu dengan penonton.

Posting Komentar

0 Komentar