Cara Membangun Karakterisasi yang Kuat dalam Penulisan


Ini adalah pengembangan dari sebuah artikel oleh Fajar Ramayel yang berjudul "Membangun hubungan emosional antara sebuah film dengan penontonnya" yang menjelaskan bagaimana kita memperlakukan tulisan dalam skrip kita sehingga bisa menggaet perhatian penonton. Deskripsi yang digunakan adalah "Tanpa sadar penonton memiliki kepedulian terhadap tokoh - tokoh tersebut", disini bahwa sudah jelas penulisan semacam ini adalah sebuah pengembangan dari "Character Driven" atau cerita yang menggunakan karakter sebagai dorongan plot.

Dalam artikel itu pun dikatakan bahwa pendekatan ini adalah untuk bisa "memperkenalkan" karakter kepada penonton dan dilakukan secara berkala dalam sebuah skrip, sehingga pada titik - titik tertentu terbentuk sebuah karakter yang kuat. Berikut adalah poin poin yang diberikan kemudian dibawah adalah tanggapannya.

1) Awal yang baik dan mengesankan; Buatlah film anda dengan awalan yang bisa merangkum inti dari film anda secara keseluruhan pada 5-10 menit pertama, dengan tampilan yang menarik tentunya. Sehingga penonton bisa 'merasa' mengenal para tokoh dan membayangkan keseluruhan kisah film secara ringkas. Biasanya film-film animasi Disney, Pixar dan Dreamworks sangat ahli dalam hal ini.

Salah satu pembicaraan yang berkaitan dengan emosi dan penonton adalah "solusi", Dan Roam pembicara TedEX mengatakan tidak ada solusi yang tepat, karena masalah itu selalu berkembang. Masalah dalam cerita adalah konflik, dan konflik itu harus berkembang. Kita sering kali melihat sinopsis yang hambar emosi dikarenakan konflik yang sama sekali tidak berkembang (mungkin karena si penulis malas/tidak tahu) Emosi berkaitan dengan solusi dikarenakan untuk mengenal konflik/masalah harus ada kaitan emosi si penonton dengan masalah tersebut. Maka film yang lekat dengan masyarakat adalah film yang menceritakan konflik yang mana solusinya memiliki hubungan khusus antara emosi penonton dengan solusi yang diberikannya.

Pada intinya, adegan awal harus diciptakan sebuah sebab-akibat antara karakter dan masalah yang berkesan sangat "istimewa" artinya buatlah keterkaitan "sebab-akibat dengan karakter" buatlah sebuah prilaku yang khas bagaimana karakter menanggapi sebuah masalah. Perilaku itu akan semakin kuat bila diulang - ulang dalam plot, sehingga terbentuklah karakterisasi yang kuat.

2) Latar belakang para tokoh harus cukup jelas; Mungkin yang paling standar adalah nama (sangat penting sekali nama-nama tokoh dan tempat harus yang mudah untuk diingat) serta posisi tokoh tersebut dalam film. Para tokoh yang dihadirkan haruslah jelas posisinya, jangan memberi porsi seorang tokoh terlalu banyak jika tidak memiliki peran yang berarti dalam film tersebut.

Salah satu penamaan karakter yang menarik adalah dari penulis Charles Dicken, dalam "Oliver Twist" dia menggunakan nama seperti Bumble, Corney, atau Havisham, Pip, The pocket Brother dalam "Great Expectation". Nama ini adalah simbol yang sudah menjadi bagian dari penonton, seperti Datuk Maringgih, Pitung, Naga Bonar dll. Solusi atau prilaku karakter yang "khas" akan terus diingat oleh penonton.

3) Buatlah momen-momen kecil yang dekat dengan keseharian penonton; Hal ini seperti bersinergi dengan penonton. Kira-kira hal apa saja yang merupakan keseharian penonton yang juga dialami oleh tokoh-tokoh dalam film kita, sehingga penonton tanpa sadar berfikir "wah, gue banget tuh !"

contoh; capek dan macet diselesaikan dengan beristirahat dulu. itu memang bukan solusi yang tepat, tapi berapa orang yang banyak melakukan itu ketika dilanda macet. Banjir, diselesaikan dengan mengungsi dan mengangkat barang - barang. Solusi yang benar memang membuang sampah pada tempatnya mendukung kebijakan Pemda dsb. Tapi itu semua tidak akan diingat karena yang ada di kepala penonton adalah dramatisasi bagaimana dia bangun tengah malam dan bersusah payah bersama keluarganya mengungsi.

Perilaku yang khas melalui dramatisasi itu memang diperlukan. Sering kali penulis membuat karakter yang "suci" dan "sempurna" dia tidak melekat di keseharian penonton karena dia bukanlah manusia seutuhnya. Kita harus buat dia lemah, karakter adalah orang yang sekiranya akan melakukan hal yang sama bila penonton ditempatkan pada posisi yang sama. Perilaku dalam mencari solusi adalah perilaku atau tindakan yang se-lazimnya penonton akan juga lakukan pada posisi yang sama.

4) Buatlah momen-momen besar diluar keseharian penonton. Ada 2 hal yang bisa dijadikan landasan untuk membangun hal ini, yaitu :

a) Apa yang paling ingin dialami oleh penonton tapi tidak bisa / tidak mungkin / belum mereka alami (seperti film LOTR, Harry Potter, Doraemon dll)

b) Atau apa yang paling tidak ingin dialami oleh penonton dan mereka juga tidak mungkin / belum mengalaminya (seperti film World War Z, Armageddon dll)

Inilah yang disebut dengan organik, bukan situasinya yang sama (atau mengalami yang sama) namun perilaku karakter dalam mengatasi masalah yang kemudian kemungkinannya sama persis dengan penonton sehingga terjadilah ikatan emosi. Balik ke solusi, telah dikatakan bahwa solusi itu tidak ada yang tepat. Nah, solusi yang tepat adalah solusi yang "vivid" dan menurut Dan Roam adalah solusi yang; mudah dimengerti, mudah dilakukan dan mudah diingat. Memori penonton jelas akan menambah kesan yang sangat lekat dengan pengalaman karakter, dan jika belum pernah mengalami yang sama dia akan menemukan pengalaman yang baru.

5) Setiap momen yang terjadi haruslah memiliki landasan sebab akibat yang jelas; Jangan mencoba membodohi penonton dengan menampilkan momen yang dipaksakan dan tidak jelas sebab akibatnya, karena hal itu akan membuat penonton menjadi ilfeel dengan film anda. (coba bayangkan jika kejadiannya seperti ini : Konflik rumah tangga antara seorang anak dengan ayahnya, lalu si anak kabur naik seekor naga yang tiba-tiba muncul tanpa sebab yang jelas. Akan sangat berbeda jika situasi tersebut sebelumnya dijelaskan bahwa ayah dan anak itu tinggal di sebuah desa viking dimana para penduduknya adalah para penunggang naga.)

Karakterisasi inilah yang menjelaskan jalan cerita, dia yang menentukan nasibnya dan kita belajar dari perjalanannya. Mudah dimengerti, mudah dilakukan dan mudah diingat, itulah pesan yang akan menempel dan berkesan di hati penonton.

Landasan sebab akibat pada solusi itu tidak bersifat objektif namun harus subjektif. Objektif itu umum, kita ciptakan yang beda, khas dan istimewa. Karena hal itu menjadi pesan utama dari cerita.

6) Jangan penuhi setiap keinginan penonton; Buatlah penonton selalu penasaran dengan setiap momen yang akan dihadirkan dalam film anda. Sehingga mereka akan terus mengikuti kisah para tokoh di film anda dengan penasaran sampai selesai dan terus berfikir "selanjutnya bagaimana? what's next?". Namun hal ini dengan catatan bahwa apa yang anda hadirkan dalan film tersebut haruslah 'Beyond what they can imagine'. Berilah kejutan-kejutan yang melebihi harapan para penonton.

Kalaupun anda dihadapkan pada "moral argumen" maka silahkan menggunakan twist. Yakni sebuah "keputusan baru" tentang menyelesaikan masalah. Pada intinya film mengajari penonton untuk menghadapai masalah namun dengan solusi yang baru, harus memenuhi 3 syarat solusi "Vivid".

7) Buatlah sebuah 'Golden Moment'; Golden Moment adalah adegan paling keren dan paling menguras emosi penonton, sehingga menjadi adegan paling diingat penonton setelan menonton film tersebut. Emosi yang diciptakan dari Golden Moment bisa bermacam-macam, mulai dari kekaguman, kesedihan, kebahagiaan dll. Saya pribadi sangat menyukai Golden Moment yang berupa tokoh utama mengeluarkan 'The Last Inner Power' untuk mencapai tujuannya.

Pada akhirnya cliche pada sebuah cerita itu bukan pada perjalanannya tetapi pada akhirnya. Kita semua berjuang, kita semua berhasil, kita menguras keringat demi keinginan kita dsb. Inilah kesan yang penting dalam menciptakan sebuah akhir. Inilah perubahan pada karakter, inilah cerita sebuah kisah tentang karakter yang berubah demi mencapai keinginannya.

Bagaimana menurutmu?

Posting Komentar

0 Komentar